
"Bekerja keras untuk apa yang kita inginkan, dan tetap rendah hati dengan apa yang telah kita capai."
Dengan motto tersebut Steven Novianto Tanjaya, lahir 9 November 2000, menjalani kehidupannya sebagai pelajar Indonesia di Jepang. Sebagai penyuka anime, Steven mengaku bahwa momen paling krusial yang membuatnya jatuh hati dan memutuskan akan mempelajari bahasa dan budaya Jepang adalah ketika mengunjungi negara matahari terbit tersebut untuk kedua kalinya bersama dengan ibunya dalam sebuah tour.
Steven memulai studi-nya dengan belajar bahasa Jepang di sebuah sekolah di Tokyo. Berangkat pada bulan Oktober 2019 silam melalui asistensi HJS Education Agency, murid asal kota Khatulistiwa ini menyelesaikan program bahasa dan persiapan masuk universitas di sekolah tersebut pada akhir Maret 2021, dan telah diterima di salah satu universitas sains terbaik di Jepang, yakni Tokyo University of Science dan dijadwalkan mulai belajar di kampus tersebut sebagai mahasiswa di bulan April 2021 (Spring).
Jurusan Ilmu dan Teknologi Material (Material Science and Technology) merupakan program studi yang sudah ditargetkan Steven sejak duduk di bangku sekolah. Ketertarikannya terhadap bidang
ilmu pengolahan material merupakan faktor lain yang membuatnya memutuskan melanjutkan pendidikan di Jepang. Alasannya memilih jurusan ini adalah ketertarikan dan kepeduliannya terhadap
keberlangsungan ekosistem (environment sustainbility).
"Saya menyukai Ilmu Alam sejak kecil dan tertarik pada ilmu kimia sejak bangku SMA. Pengetahuan tentang 'Global Warming' yang saya dapatkan membuat saya memutuskan untuk belajar dan
bekerja di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics -editor). Manufaktur konkret dan baja memproduksi karbon dioksida dan senyawa polutan yang
mendorong pemanasan global. Saya terdorong untuk memilih jurusan ini agar dapat membuat penelitian dan penciptaan material baru yang lebih sustainable," ungkap Steven mengenai
alasannya memilih program studi Material Science and Technology di Faculty of Industrial Science and Technology
yang dikelola oleh Tokyo University of Science. Ia juga menerangkan bahwa pemilihan universitas ia lakukan berdasarkan fakta bahwa Tokyo University of
Science merupakan salah satu universitas riset terbaik di Jepang. Ia berharap dapat mengalami kolaborasi dan kerjasama antar jurusan seperti yang telah ditetapkan dalam kurikulum departemen
agar dapat membangun wawasan lebih luas dan mendapat cara pandang yang baru.
Pencapaian Steven untuk dapat diterima di universitas dan jurusan yang diidamkannya tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Penyuka olahraga dan musik ini tentunya juga bekerja keras
dalam pendidikannya. Steven mengikuti kelas persiapan universitas di salah satu sekolah di Tokyo setiap hari dengan jadwal 3 jam setiap harinya. Materi-materi yang dipelajari terdiri dari
persiapan EJU (Examination for Japanese University) yang mencakup bahasa Jepang, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Untuk pemantapan setiap murid juga diberikan tryout
setidaknya 6 kali sebagai sarana bagi sekolah untuk memastikan bahwa murid-murid dapat mengerjakan ujian masuk universitas dengan baik.
"Guru-guru juga akan membimbing kami dalam pencarian dan pemilihan universitas. Bagaimana caranya memilih universitas yang cocok, dan dibantu dalam persiapan dokumen untuk universitas tersebut,"
jelasnya.
Sama seperti pelajar Indonesia di luar negeri pada umumnya, Steven mengaku bahwa studi di Jepang membuatnya mengerti sulitnya hidup sendiri jauh dari keluarga. Ia mengaku terkadang merasakan rasa rindu akan rumah, kurangnya motivasi dan dukungan, belajar sambil melakukan pekerjaan rumah, dan mengurus segala sesuatu sendiri, termasuk urusan kependudukan, pajak, dan lain sebagainya. Namun demikian, ia juga mengaku menjalani kesulitan tersebut sambil menikmatinya, serta mendapatkan banyak sekali ilmu dan pengalaman dari hidup mandiri serta bekerja sambilan.
Saat ditanyai mengenai hal-hal apa saja yang berbeda dari kehidupan di Indonesia dan di Jepang, Steven menyebutkan bahwa ada banyak sekali hal-hal di negeri matahari terbit tersebut yang sangat
baik apabila dapat diadaptasi di Indonesia. Misalnya budaya lebih memikirkan dan tidak melakukan hal yang dapat mengganggu kenyamanan orang lain di tempat umum, ketepatan waktu, serta
menyampaikan opini tanpa harus menyakiti perasaan orang lain.
"Di Jepang ada budaya untuk tidak mengganggu orang lain. Tidak hanya masyarakat berpikir seperti itu (tidak baik melakukan hal yang mengganggu orang lain), tetapi peraturan-peraturan di Jepang juga mendukung dilanggengkannya budaya ini. Kemudian juga terdapat budaya Jepang dimana saat memberi opini atau kritik kepada lawan, kita tidak membuat lawan bicara merasa sakit hati. Dalam batas tertentu budaya ini sangat membantu dalam membangun hubungan baik dengan sesama," ujar Steven.
Tidak hanya mengenai budaya, murid lulusan SMA di Pontianak ini mengaku takjub dengan akses transportasi, ketersediaan fasilitas, dan bagaimana Jepang merupakan negara yang peduli dengan
konsep 'Barrier Free Society'. Misalnya dengan disediakan fasilitas ramp di setiap anak tangga atau gedung yang ramah bagi pengguna kursi roda, dan speaker yang dipasang di
lampu merah untuk membantu penyandang disabilitas pendengaran.
"Di Indonesia kita banyak melihat kendaraan pribadi, tetapi di Jepang transportasi umum menghubungkan seluruh Tokyo bahkan seluruh Jepang. Saya tidak merasa khawatir saat ingin bepergian, dan ini
adalah hal yang sangat bagus untuk menurunkan kemacetan dan jumlah emisi dan energi. Masyarakat Jepang yang mencoba merealisasikan 'Barrier Free Society' membuka mata saya bahwa
kita dapat membantu orang dengan disabilitas untuk dapat hidup normal tanpa mencemaskan apapun. Mereka (penyandang disabilitas) adalah orang-orang yang kuat."
Bagi teman-teman Indonesia yang ingin mencapai tujuannya bersekolah maupun bekerja di Jepang, Steven mengatakan bahwa sangat penting untuk mencari tahu 'passion' masing-masing dan bekerja keras. Baginya jika tidak memiliki passion atas apa yang ia lakukan, ia tidak yakin akan berada di posisinya saat ini. Kita harus dapat membayangkan bahwa kita sanggup dan bersedia bahkan tetap suka melakukannya untuk bertahun-tahun. Ia juga menekankan pentingnya beristirahat setelah bekerja keras. Baginya setiap orang yang berusaha berhak dan pantas mendapatkan rehat.
"Bagi kawan-kawan yang tertarik melanjutkan sekolah di Jepang namun merasa takut bersaing, jangan khawatir. Sebelum berangkat ke Jepang saya sendiri sempat berpikir demikian. Namun saya tetap melangkah maju. Saya akui bersekolah di Jepang tidak seindah yang digambarkan di anime maupun manga. Tetapi kesulitan-kesulitan itu bukanlah sebuah dinding penghalang melainkan anak tangga yang harus kita pijak selangkah demi selangkah untuk bisa mencapai ke tempat yang lebih tinggi," tutur Steven.
Selamat kepada Steven dan semoga dapat mencapai target-target lebih tinggi selanjutnya! (-hjseducationagency)
Write a comment