Berawal dari kegemaran dan ketertarikannya terhadap anime, Steven Andreas memutuskan untuk belajar bahasa Jepang langsung di negeri Sakura tersebut. Kesukaannya terhadap budaya Jepang yang telah tumbuh sejak duduk di bangku SMA mengantarkan Steven pada sebuah keinginan untuk mencoba hidup di Jepang sebagai pelajar asing.
Dengan menghubungi HJS, pada waktu itu Steven berhasil tiba di Jepang sebagai pelajar dari Indonesia pada tahun 2016.
Menjadi seorang pelajar di negara yang sama sekali asing baginya, tanpa memiliki sanak saudara, tentunya bukan merupakan hal yang sama sekali mudah. Steven tiba di Jepang pada musim semi, saat cuaca tergolong masih cukup dingin, terutama bagi dirinya yang berasal dari kota Khatulistiwa, Pontianak. Ada rasa gugup tetapi juga excited, aku Steven.
Awalnya memang terdapat hal yang dirasa sulit baginya. Misalnya hambatan bahasa, perbedaan budaya, dan perbedaan sistem masyarakat. Steven bernostalgia mengenai kesulitannya saat pertama kali mencari part time job (baito).
“Memang ada banyak lowongan yang tersedia, tetapi saya mengalami kesulitan karena level kemampuan bahasa Jepang saya waktu itu masih belum sebaik sekarang. Di sekolah biasanya terdapat banyak informasi lowongan, tetapi untuk melamar, interview, dan sebagainya itu dilakukan dan tergantung pada kemampuan diri sendiri. Saya sempat berpikir untuk pulang ke Indonesia karena cukup sulit mencari kerja sementara biaya hidup sangat tinggi. Untungnya saya memutuskan untuk meminta bantuan para senpai (senior) yang juga berasal dari Indonesia hingga akhirnya saya mendapatkan baito pertama saya di salah satu minimarket. Pengalaman saya bekerja di tempat tersebut juga sangat baik, karena memiliki bos yang baik,” pungkas Steven saat ditanyai mengenai kisah perjuangannya di Jepang.
Steven memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya dengan mengambil sekolah bisnis di institusi tempat ia belajar bahasa Jepang. Menurutnya, hal yang paling menyenangkan adalah bertemu dengan teman-teman baru dari berbagai negara saat mengambil kelas bahasa Jepang, belajar hal-hal baru, dan belajar hidup disiplin. Ia merasa belajar banyak hal baru dan sudut pandang yang baru setelah hidup di Jepang selama beberapa waktu.
Steven juga menuturkan bahwa berada di negeri asing saat sakit merupakan hal yang sangat sulit karena tidak ada yang merawat. Untuk itu Steven berpesan bahwa hal yang utama adalah menjaga kesehatan dan menghindari sakit, dan selalu pastikan memiliki kontak teman maupun guru yang dapat diandalkan sehingga saat sakit berat, ada orang-orang yang bisa kita hubungi untuk meminta bantuan.
Meski pernah mengalami masa-masa sulit, tidak membuat Steven lantas pasrah dengan keadaan. Sebaliknya ia berusaha dengan keras untuk melakukan yang terbaik. Usaha Steven tersebut tidak sia-sia sebab ia berhasil meraih beasiswa dari Jasso dan pemerintah kota Kawasaki tempat dimana ia menempuh pendidikan, serta memenangkan kontes pidato dalam bahasa Jepang yang diadakan di kota Kawasaki.
Saat ini Steven telah lulus dari pendidikan bisnis dan bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan di Jepang. Menurutnya, perbedaan terbesar dari bekerja sebagai part-timer dan karyawan di perusahaan adalah dari segi tanggung jawab. Saat bekerja part time, misalnya di toko atau minimarket, saat melakukan kesalahan biasanya ada supervisor atau pemilik toko yang dapat membantu atau menjadi penengah dengan customer, namun setelah menjadi karyawan, tentunya tanggung jawab pekerjaan sepenuhnya dibebankan pada diri kita sendiri.
Selain bekerja, saat ini Steven juga aktif menjadi penerjemah dan membuat konten video di platform Youtube dengan nama kanal “Tabibako”. Kanal ini ia buat bersama
teman-temannya dengan tujuan memperkenalkan budaya, pariwisata, dan kehidupan di Jepang serta mengajarkan kosa kata bahasa Jepang. Kanal youtube ini bisa kalian akses pada tautan:
https://www.youtube.com/channel/UCQiEwwgctUgrq4Qx-30Msig .
Saat ditanya mengenai cita-cita dan rencana masa depannya, Steven menyebutkan ingin menjadi pebisnis dan merasa optimis dengan pilihan tersebut. Ia juga berencana melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tentunya dengan pengalaman dan motto hidupnya, “Berani mencoba,” kami yakin Steven akan dapat mencapai cita-cita nya tersebut.
Pesan Steven kepada teman-teman yang berencana menempuh pendidikan di Jepang seperti dirinya adalah:
1. Harus mempersiapkan kesehatan tubuh dan pikiran. Sehat jasmani dan rohani dan mulai menanamkan mindset yang positif agar dapat bertahan.
2. Jika ingin berhemat di Jepang, memasaklah sendiri dan bawalah berbagai bumbu instan dari Indonesia, bukan hanya mie instan.
3. Selalu ingat membawa stok obat-obatan dan vitamin karena belum tentu di Jepang terdapat obat-obatan yang biasa kalian konsumsi. Selalu pastikan stok obat dan vitamin serta safety aid selalu tersedia di tempat tinggal.
4. Kunci untuk bisa bertahan dan sukses di Jepang, salah satunya adalah bersabar.
Write a comment